Saat
teman-teman membaca dan memahami Al Qur'an teman-teman akan banyak
menemukan pengetahuan yang luar biasa di dalamnya. Maha benar Allah
dengan segala firman-Nya, penemuan para ilmuan di berbagai bidang
beberapa abad terakhir ternyata sudah dikabarkan Allah SWT melalui
wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad SAW 14 abad silam.
Semua ayat AlQur’an itu diturunkan mengandung hal-hal yang logis, dapat
dicapai oleh pikiran manusia, dan AlQur’an itu dijadikan mudah agar
dapat dijadikan pelajaran atau bahan pemikiran bagi kaum yang mau
memikirkan sebagaimana yang disebut dalam Surah Al-Qamar ayat 17 :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan AlQur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ?”
(QS. AL-QOMAR :17)
وَلَقَدْ جِئْنَاهُم بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Kitab kepada mereka, Kami
jelaskan dia (kitab itu) atas dasar ilmu pengetahuan; menjadi petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. 7:52)
Berikut ini mungkin adalah salah satu yang teman-teman sudah baca dan pahami.
asal semesta
==============
أَوَلَمْ
يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا
رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ
أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. (Al Anbiya, 21:30)
Dr. Alfred
Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah Profesor
geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of Geosciences,
Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata: "Jika menilik
tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin jika ia bisa
mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu,
karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal ini dalam beberapa tahun
yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan teknologi
mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang yang tidak
mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut saya,
tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya sendiri, bahwa
dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."
kegelapan laut
================
أَوْ
كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ مَوْجٌ
مِّن فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ
يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا
فَمَا لَهُ مِن نُّورٍ
Atau seperti
gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh
Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (Al Qur'an, An-Nuur,
24:40)
Ayat ini
menyebutkan kegelapan yang dapat ditemukan di laut dalam, di mana jika
seseorang menjulurkan tangan ia tak akan bisa melihatnya. Kegelapan di
dalam lautan dan samudera ditemukan sekitar kedalaman 200 meter ke
bawah. Pada kedalaman ini, hampir-hampir tidak ada cahaya lagi. Di bawah
kedalaman 1000 meter, tidak ada cahaya sama sekali.
Manusia tidak
berkemampuan menyelam lebih dari kedalaman 40 meter tanpa bantuan kapal
selam atau peralatan khusus. Manusia tak akan bertahan tanpa
perlengkapan di bagian gelap dari lautan, semisal pada kedalaman 200
meter.
Gelapnya
kedalaman laut ini hanya diketahui oleh para ilmuwan di masa sekarang
melalui berbagai peralatan khusus dan kapal atau peralatan selam yang
memungkinkan mereka menyelam ke kedalaman lautan.
Tanpa
peralatan khusus, tidak mungkin manusia di jaman Nabi Muhammad
mengetahui bagaimana bentuk kegelapan di dalam lautan. Ini membuktikan
bahwa Al Qur'an diturunkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui.
Kita juga
melihat dalam penggalan kalimat dari ayat di atas yang berbunyi:
"...yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya
(lagi) awan;" bahwa air di laut yang dalam diliputi oleh ombak dan di
atas ombak ini ada ombak lain. Sangat jelas bagi kita bahwa lapisan
ombak yang ke dua ini adalah ombak di permukaan laut yang biasa kita
lihat, karena ayat tersebut menyebutkan adanya awan di atasnya. Tetapi
bagaimana dengan ombak yang disebutkan pertama? Adakah ombak lain di
bawah permukaan laut?
Para ilmuwan
telah menemukan pada masa sekarang adanya ombak dalam (internal waves)
yang "terjadi pada batas pertemuan dua lapisan air yang memiliki
perbedaan kepekatan.".
Ombak dalam
terjadi pada permukaan lapisan air di kedalaman lautan karena ia
memiliki kepekatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air di atasnya.
Ombak dalam berperilaku mirip ombak permukaan. Ia juga bisa pecah
seperti ombak di permukaan laut. Namun ombak dalam tidak bisa terlihat
oleh mata biasa. Ia hanya bisa dideteksi melalui peralatan canggih
dengan mempelajari perubahan suhu dan kandungan garam pada suatu lokasi
tertentu.
fase embrio manusia
====================
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ . ثُمَّ جَعَلْنَاهُ
نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً
فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا
فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ
فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan
dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik. (Al Qur'an, 23:12-14)
Secara bahasa,
kata bahasa arab 'alaqah mempunyai tiga makna: 1. lintah, 2. sesuatu
yang menempel/tergantung, dan 3. gumpalan darah.
Jika kita
membandingkan sebuah lintah dengan embrio pada fase 'alaqah, kita akan
menemukan kemiripan di antara keduanya. Selain itu, sang embrio pada
fase ini memperoleh makanan melalui aliran darah dari ibunya, mirip
dengan lintah yang menghisap darah dari makhluk lain.
Makna ke dua
dari kata 'alaqah adalah sesuatu yang menempel/tergantung, di mana
embrio pada fase 'alaqah, menggantung dan menempel pada rahim sang ibu.
Makna ke tiga
dari kata 'alaqah adalah gumpalan darah. Kita dapat melihat bahwa
tampilan luar dari embrio dan kantungnya pada saat fase 'alaqah sangat
mirip dengan darah yang menggumpal. Hal ini disebabkan oleh kehadiran
darah yang relatif banyak selama fase ini . Pun pada fase ini, darah di
dalam embrio belum mengalami sirkulasi hingga akhir minggu ke tiga.
Dengan demikian, embrio pada fase ini memang mirip gumpalan darah.
Jadi, tiga makna dari kata 'alaqah secara akurat amat bersesuaian dengan keaadaan embrio pada fase 'alaqah.
...
Bagaimana bisa
Nabi Muhammad mengetahui semua rincian ini lebih dari 1400 tahun yang
lalu? Padahal para ilmuwan baru bisa mengetahui hal tersebut di masa
moderen ini dengan bantuan peralatan mutakhir dan mikroskop yang amat
kuat? Hamm dan Leeuwenhoek adalah ilmuwan pertama yang mengamati sel
sperma manusia (spermatozoa) melalui mikroskop di tahun 1677 (lebih dari
1000 tahun setelah jaman Nabi Muhammad). Mereka berdua secara salah
menganggap bahwa sel sperma mengandung manusia mini yang akan tumbuh
ketika ia dibenihkan ke dalam kelamin wanita.
Di tahun 1981,
dalam Konferensi Kedokteran Ke Tujuh di Dammam, Arab Saudi, Profesor
Moore berkata: "Adalah sebuah kehormatan tersendiri bagi saya untuk bisa
membantu memperjelas pernyataan Al Qur'an tentang perkembangan manusia.
Sangat jelas bagi saya bahwa pernyataan tersebut tentulah sampai kepada
Nabi Muhammad dari Allah, karena hampir semua pengetahuan mengenai hal
ini baru ditemukan berabad-abad kemudian. Hal ini membuktikan kepada
saya bahwa Nabi Muhammad tentulah merupakan Utusan Allah.
Kemudian,
Profesor Moore ditanya: "Apakah ini berarti bahwa anda mempercayai Al
Qur'an merupakan firman Allah?" Ia menjawab: "Saya tidak keberatan untuk
menerima hal tersebut."
batas dua lautan
====================
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ . بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ
Dia membiarkan
dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada
batas yang tidak dilampaui masing-masing. (Al Qur'an, Ar-Rahman
(55):19-20)
...
Informasi
semacam di atas baru diketahui manusia pada abad terakhir melalui
peralatan canggih untuk mengukur suhu, kadar garam, kepekatan, kelarutan
oksigen dan seterusnya. Mata manusia tak bisa melihat perbedaan antara
ke dua lautan yang bertemu. Mereka tampak sama saja.
gunung sebagai pasak
============================
وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan Dia
menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama
kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu
mendapat petunjuk. (An Nahl, 16:15)
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا . وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak? (An Naba', 78: 6-7)
Ilmu bumi
moderen telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam
tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari
ketinggian mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat
untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata
"pasak" karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam
tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar
yang dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19.
Sebagaimana
pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang sesuatu agar kokoh,
gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam menyetabilkan kerak
bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah.
pembentukan awan dan kilat
============================
أَلَمْ
تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ
يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ
وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِن جِبَالٍ فِيهَا مِن بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ
مَن يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَن مَّن يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ
يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.[An Nuur(24): 43]
Para ilmuwan
telah mempelajari berbagai jenis awan dan menyadari bahwa awan pembawa
hujan terbentuk dengan sistem dan urutan tertentu. Bentuknya pun
tertentu dan terkait dengan jenis angin dan tipe awan.
Salah satu
awan pembawa hujan adalah awam CUMULONIMBUS. Ahli cuaca telah
mempelajari pembentukan jenis awan ini dan bagaimana ia menghasilkan
hujan, es, serta petir.
Mereka menemukan bahwa awan cumulonimbus melewati urutan berikut ini untuk menghasilkan hujan:
* 1. Awan
didorong oleh angin: Awan cumulonimbus mulai terbentuk ketika angin
mendorong beberapa awan kecil (awan cumulus) ke daerah tempat
berkumpulnya awan-awan ini.
* 2. Penyatuan: Kemudian awan-awan kecil ini bergabung, menyatu dan membentuk awan yang lebih besar.
* 3.
Penumpukan: Ketika awan-awan kecil ini bersatu, dorongan ke atas pada
bagian dalam awan yang semakin besar ini meningkat. Dorongan ke atas
pada bagian tengah awan lebih kuat dibandingkan dengan pada bagian
pinggir. Alhasil tubuh awan ini tumbuh semakin besar secara vertikal,
sehingga seolah-olah awan ini ditumpuk-tumpuk. Pertumbuhan ke atas ini
menjadikan tubuh awan mencapai daerah yang lebih dingin pada lapisan
atmosfer atas. Di sanalah tetesan-tetesan air dan butiran es terbentuk
dan mulai tumbuh semakin besar. Ketika butiran air dan es ini telah
lebih besar dan berat dibandingkan dengan dorongan ke atas yang
menyangga mereka, jatuhlah air dan es ini sebagai gerimis, hujan ataupun
hujan es.
Para ahli
cuaca mengetahui rincian pembentukan awan, strukturnya dan cara kerjanya
setelah melalui berbagai macam penelitian, pengamatan menggunakan
alat-alat canggih. Mereka baru bisa menceritakan proses tersebut dengan
bantuan alat-alat moderen seperti pesawat, satelit, komputer, balon
udara dan peralatan lainnya. Mereka harus mempelajari angin serta arah
pergerakannya. Mereka harus mengukur kelembaban udara dan variasinya
serta menentukan jenis dan keragaman tekanan udara.
Para ahli
cuaca telah menemukan bahwa awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan es
ini dapat mencapai ketinggian hingga 7 sampai 9 kilometer. Dapat kita
bayangkan bahwa awan ini memang ukurannya benar-benar seperti gunung
sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat Al Qur'an di atas: "... dan
Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung,...".
Ayat di atas juga menghubungkan awan, es dan terjadinya petir atau kilat. Apakah es merupakan faktor penentu pembentukan kilat?
Mari kita kaji
sebuah buku berjudul: Meteorology Today. Di sana diterangkan bahwa
sebuah awan akan menjadi bermuatan listrik ketika bongkahan es jatuh
melalui daerah di dalam awan yang berisi kristal es dan tetes air
super-dingin. Ketika tetes-tetes air ini bertumbukan dengan bongkahan
es, mereka langsung membeku dan melepaskan panas. Panas ini menjadikan
permukaan bongkahan es lebih hangat dari kristal-kristal es di
sekelilingnya. Ketika bongkahan es bertumbukan dengan kristal es, sebuah
peristiwa penting terjadi: elektron mengalir dari benda yang lebih
dingin ke benda yang lebih hangat. Karenanya, kini bongkahan es menjadi
bermuatan negatif. Hal serupa juga terjadi saat tetesan air super-dingin
bertumbukan dengan bongkahan es dan melontarkan butiran-butiran halus
es bermuatan positif. Partikel-partikel yang lebih ringan dan bermuatan
positif ini kemudian terangkat ke bagian atas dari awan. Sementara itu,
bongkahan es yang kini bermuatan negatif jatuh turun dan berkumpul di
bagian bawah awan. Karena itulah kini terjadi perbedaan muatan listrik
antara bagian atas dan bawah awan. Muatan negatif ini kemudian
dilepaskan dalam bentuk kilat atau petir.
Sumber : http://puji-share.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar